Rumah sakit merupakan instansi kesehatan yang paling berperan dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat. Apalagi beban tanggung jawab rumah sakit meningkat drastis di masa wabah COVID-19 saat ini. Rumah sakit menjadi tulang punggung penanganan kesehatan masyarakat, terutama pasien positif COVID-19 hingga Kasus Suspek yang dicurigai terinfeksi COVID-19.
Beban dan tanggung jawab yang besar ini sering kali melebihi daya dan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien, sehingga menjadi bumerang bagi rumah sakit itu sendiri. Ketidakmampuan rumah sakit dalam penanganan pasien menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap instansi rumah sakit. Padahal ketidakmampuan rumah sakit juga disebabkan oleh ketersediaan peralatan yang terbatas, namun masyarakat memiliki ekspektasi yang tinggi melebihi kemampuan sumber daya rumah sakit itu sendiri.
Penurunan kepercayaan masyarakat ini merupakan salah satu dari problem krisis kehumasan. Dari sinilah peran seorang tenaga hubungan masyarakat (humas) dibutuhkan. Beberapa hal umum yang sering terjadi dan menyebabkan terjadinya krisis kehumasan rumah sakit antara lain :
Keterbatasan Fasilitas
Terbatasnya fasilitas menjadi hal yang paling umum terjadi. Setiap rumah sakit memiliki fasilitas yang berbeda antara satu dengan lainnya. Di tengah wabah COVID-19 yang terjadi saat ini, kebutuhan ruangan perawatan pasien merupakan hal pokok yang paling dibutuhkan rumah sakit. Pasien COVID-19 membutuhkan ruangan yang terisolasi dan terpisah dari pasien lainnya. Sedangkan ruangan isolasi ini sangat terbatas jumlahnya di rumah sakit.
Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Ikut Terjangkit COVID-19
Tenaga kesehatan sama hal-nya dengan manusia lainnya, yakni rentan tertular COVID-19. Namun dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan, mereka dibekali Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Meskipun demikian, risiko tertular juga masih memungkinkan meskipun kecil kemungkinannya. Keamanan tenaga kesehatan tidak hanya bergantung pada APD yang digunakan, namun juga keterbukaan pasien dalam memberikan informasi. Tidak sedikit tenaga kesehatan yang terjangkit dikarenakan pasien yang tidak jujur memberikan informasi kesehatan dan riwayat perjalanan (mobilitas).
Pemberitaan Negatif dan Masif oleh Media
Berita seputar COVID-19 cukup laris manis di tengah pandemi saat ini. Media secara terus menerus memberitakan update seputar COVID-19. Meskipun bertujuan baik untuk memberikan informasi terupdate, namun nyatanya masih banyak masyarakat awam yang tidak mencerna berita dengan baik dan benar. Sehingga memunculkan stigma-stigma negatif di tengah masyarakat, seperti menjauhi tenaga kesehatan, pengucilan pasien dan Kontak Erat, penolakan jenazah, serta rasa takut untuk berobat ke rumah sakit.
Butuh keterampilan dan kecerdasan adversity dalam menangani krisis kehumasan rumah sakit, apa lagi di tengah kegelisahan global akan pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Tidak banyak rumah sakit yang dapat melewati masa sulit, dan mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat. Bahkan yang banyak terjadi adalah menurunnya jumlah pasien, karena menurunnya kepercayaan dari masyarakat. Ketidakpercayaan masyarakat begitu cepat menyebar, sehingga beberapa rumah sakit tertentu dijauhi oleh calon pelanggan.
Menurut Agustine, dalam bukunya Harvard Business Review on Crisis Management, menyebutkan bahwa krisis menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung bagi rumah sakit, diantaranya adalah rusaknya citra, turunnya kunjungan pasien, berhentinya layanan, bahkan berujung pada kebangkrutan. Tentu ini memerlukan sebuah manajemen krisis kehumasan agar hal tersebut tidak terjadi. Mereka yang memiliki kemampuan manajemen krisis kehumasan adalah lulusan Sarjana Administrasi Rumah Sakit.
Sarjana ARS Memiliki Kemampuan Penanganan Krisis Kehumasan
Selama menjalankan perkuliahan di perguruan tinggi, terutama di IIK Bhakti Wiyata, para mahasiswa dibekali ilmu pengetahuan dalam manajemen krisis kehumasan. Hal itu diimplementasikan dengan mata kuliah yang berfokus pada manajemen krisis kehumasan. Dipandu oleh dosen yang sekaligus praktisi di bidang kehumasan, mahasiswa juga akan diajak praktek langsung ke lapangan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam penanganan krisis kehumasan.
Sebagaimana menjalankan tugasnya sebagai humas, lulusan ARS memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi krisis kehumasan, yaitu dengan cara menerapkan manajemen krisis kehumasan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan di dalam menangani krisis kehumasan, yaitu :
Tujuan dari penerapan manajemen krisis tersebut adalah untuk membentuk strategi komunikasi yang efektif agar tersampaikan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga untuk mengurangi dampak negatif sekecil mungkin, dengan cara memperbaiki kesalahan informasi dan penyampaian informasi, sehingga kerusakan yang ditimbulkan dari krisis dapat diminimalisir.
Itulah tadi penjelasan singkat mengenai pentingnya penanganan krisis kehumasan yang perlu dilakukan rumah sakit. Dari pemaparan tersebut dapat kita sadari bahwa Strategi krisis kehumasan harus dimiliki oleh setiap organisasi institusi rumah sakit. Mereka yang mampu dan berkompetensi adalah lulusan Administrasi Rumah Sakit (ARS), karena telah dibekali ilmu pengetahuan manajemen krisis kehumasan rumah sakit. Tertarik dengan prodi S1 ARS? Yuk kunjungi langsung halaman prodinya di sini.
Site Traffic |
||
![]() |
Last 24 Hours | 18,715 |
![]() |
Last 7 days | 18,715 |
![]() |
Last 30 days | 18,715 |
ONLINE NOW | 207 |
CONTACT |
|
Jl. KH. Wahid Hasyim 65
Kediri 64114 Jawa Timur |
|
CONTACT |
|
Jl. KH. Wahid Hasyim 65
Kediri 64114 Jawa Timur |
|