Bunuh diri erat kaitannya dengan faktor risiko yang memungkinkan bunuh diri menjadi tindakan bunuh diri. Namun, pencegahan bunuh diri dapat dilakukan. Puput Mariyati, M.Psi.Psikolog, menjelaskan bahwa pencegahan bunuh diri dapat dilakukan dengan menguatkan faktor protektif, yang berfungsi sebagai sumber pendukung atau kekuatan bagi individu dalam menghadapi ide krisis bunuh diri. Kaprodi S1 Psikologi IIK Bhakta itu menerangkan lebih lanjut tentang apa saja faktor protektif dalam pencegahan bunuh diri, antara lain.
1. Dukungan Sosial atau Keluarga
Merupakan salah satu pilar utama yang dapat mengurangi risiko bunuh diri. Kehadiran orang-orang yang peduli dan memberikan dukungan emosional, seperti keluarga, teman, atau komunitas, bisa menjadi benteng yang kuat bagi individu yang sedang menghadapi masalah.
Komunitas yang terbuka, kasih sayang, dan rasa diterima oleh orang terdekat sangat berperan dalam membantu seseorang menghadapi tekanan psikologis yang mungkin mengarah pada ide bunuh diri.
2. Harapan atau Alasan Khusus untuk Hidup
Memiliki harapan atau alasan khusus untuk tetap hidup, seperti impian, tujuan hidup, atau tanggung jawab kepada orang yang dicintai, bisa menjadi faktor protektif yang kuat. Harapan akan masa depan yang lebih baik atau perasaan memiliki makna hidup dapat membuat seseorang lebih tahan terhadap tekanan yang mungkin mendorong ke arah pemikiran destruktif. Dengan adanya alasan kuat ini, mereka mungkin lebih termotivasi untuk mencari bantuan dan mengatasi tantangan hidup.
3. Partisipasi dalam Kegiatan Sosial atau Keagamaan
Aktivitas sosial atau keterlibatan dalam komunitas keagamaan dapat memberikan perasaan kebersamaan, dukungan, atau tujuan hidup yang lebih besar. Kegiatan ini membantu individu merasa bahwa mereka bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Rasa keterikatan dengan kelompok sosial atau spiritual juga bisa menumbuhkan rasa stabilitas dan ketenangan batin, yang membantu mengurangi perasaan kesepian atau putus asa yang seringkali menjadi pemicu ide bunuh diri.
Baca Juga
- Mengenal Perawatan Ortodonti, Jenis dan Prosedurnya
- Manajemen kesehatan dan Manfaatnya di Layanan Kesehatan
4. Kemudahan Mengakses Layanan Kesehatan Mental
Akses yang mudah terhadap pelayanan perawatan kesehatan mental adalah salah satu faktor protektif penting. Jika seseorang dapat dengan cepat mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, mereka bisa lebih cepat mendapatkan intervensi yang tepat sebelum keadaan semakin buruk. Bantuan profesional ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari konseling hingga terapi obat, yang dirancang untuk mengurangi gejala dan risiko bunuh diri.

5. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Regulasi Stres
Kemampuan untuk mengelola stres dan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang sangat berharga. Individu yang terampil dalam mengelola stres lebih mungkin untuk menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi, daripada terjebak dalam lingkaran pemikiran negatif. Dengan bantuan terapi atau pelatihan yang berfokus pada regulasi emosi, seseorang dapat belajar untuk lebih efektif menghadapi situasi yang memicu kecemasan atau depresi.
6. Pembatasan Akses ke Sarana Bunuh Diri
Mengurangi akses ke sarana yang sering digunakan dalam tindakan bunuh diri, seperti pestisida, senjata api, atau obat-obatan tertentu, merupakan langkah penting dalam pencegahan. Banyak kasus bunuh diri terjadi karena tersedianya sarana yang mudah dijangkau. Dengan adanya regulasi atau pengawasan yang ketat terhadap sarana-sarana ini, kemungkinan tindakan bunuh diri bisa berkurang secara signifikan.
7. Pengaturan Media Terkait Pemberitaan Kasus Bunuh Diri
Cara media melaporkan kasus bunuh diri juga memainkan peran penting dalam pencegahan. Paparan yang berlebihan terhadap pemberitaan bunuh diri dapat memicu imitasi atau fenomena “copycat.” Oleh karena itu, pengaturan dan pedoman peliputan yang bertanggung jawab, yang tidak terlalu fokus pada detail tindakan bunuh diri, serta memberikan informasi mengenai sumber daya dan dukungan, bisa menjadi langkah preventif yang efektif.
8. Identifikasi Dini Orang yang Berisiko Tinggi
Hal ini sangat penting untuk pencegahan. Penilaian risiko melalui skrining yang teratur oleh profesional kesehatan, baik di sekolah, tempat kerja, maupun fasilitas kesehatan, dapat membantu mendeteksi gejala awal. Dengan deteksi yang lebih cepat, intervensi bisa dilakukan lebih awal, sehingga menurunkan risiko terjadinya tindakan bunuh diri.
Keberadaan faktor protektif seperti dukungan sosial, harapan, serta akses terhadap bantuan kesehatan mental, dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam mencegah bunuh diri. Faktor-faktor ini tidak hanya mengurangi risiko, tetapi juga memperkuat individu dalam menghadapi tantangan hidup yang sulit.
Kamu pun dapat menjadi pencegah kasus bunuh diri dengan menjadi psikolog profesional. Tentunya mulai dengan kuliah S1 Psikologi di IIK Bhakta. Ayo daftar sekarang juga!