Kasus bunuh diri mahasiswa salah satu universitas di Surabaya dengan cara melompat gedung menjadi tragedi yang menggetarkan hati, sekaligus mengundang banyak pertanyaan. Terutama berkaitan dari sudut pandang psikologis.
Bunuh diri, sebagai tindakan mengakhiri hidup sendiri, biasanya merupakan hasil dari kompleksitas masalah emosional, sosial, dan mental. Dalam konteks mahasiswa, tekanan akademik, isolasi sosial, dan gangguan mental seringkali berperan dalam mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem ini.
Septia Purwandani, S.Psi.M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa tindakan bunuh diri adalah perilaku yang berpotensi melukai akibat dari perbuatan sendiri dengan keinginan untuk mati. “Tindakan bunuh diri dapat atau tidak dapat menyebabkan kematian,” kata Dosen S1 Psikologi IIK Bhakti Wiyata, tersebut. Sementara itu, berikut adalah beberapa hal yang berpotensi menghasilkan tindakan atau keinginan bunuh diri.
1. Tekanan Akademis dan Harapan yang Tinggi
Seseorang seringkali menghadapi tekanan besar untuk sukses dalam studi. Harapan dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk berprestasi akademis dapat menjadi sumber stres yang signifikan. Tekanan akademis ini sering diperparah dengan ketakutan akan kegagalan, rasa malu, atau takut mengecewakan orang lain. Mereka yang merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi ini, atau yang terus-menerus berjuang dengan tuntutan akademis, dapat mengalami kecemasan berlebihan dan depresi. Ini dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam bunuh diri.
2. Depresi dan Gangguan Kesehatan Mental
Perilaku bunuh diri memiliki hubungan erat dengan depresi. Beberapa ahli percaya bahwa secara umum seseorang yang melakukan bunuh diri, telah mengalami depresi sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa depresi merupakan penyakit yang mematikan. Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat adalah merasa putus asa, suasana hati buruk, merasa lelah, atau kehilangan motivasi.
Septia Purwandani menerangkan depresi dapat ditandai dengan beberapa gejala berikut ini.
Gejala yang Berkaitan dengan Suasana Hati
Depresi dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mood. Sebab itu, penting untuk menjaga mood sebaik mungkin.
Gejala Fisik atau Vegetatif
Seperti insomnia, penurunan berat badan, dan pola makan. Hal ini dapat dicegah dengan menjaga pola makan dan mood setiap hari.
Gejala Kognitif
Salah satu masalah yang berkaitan dengan depresi kognitif adalah konsep tentang kebahagiaan. Mental seseorang yang tertekan sering berpusat atau dikonsumsi oleh pikiran negatif.
Gejala Interpersonal atau Sosial
Antara lain penarikan diri dari teman, keluarga, dan kegiatan sosial. Sehingga diharapkan kita dapat selalu menjaga komunikasi dengan orang sekitar.
Baca Juga
3. Isolasi Sosial dan Kurangnya Dukungan
Seseorang yang mengalami isolasi sosial atau merasa terasing dari lingkungan sosial mereka lebih rentan mengalami kesulitan psikologis. Banyak mahasiswa, terutama yang baru memasuki dunia perkuliahan, mengalami transisi besar dalam hidup mereka. Jauh dari keluarga, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan menghadapi tekanan sosial untuk beradaptasi bisa menjadi tantangan sulit. Ketika mereka merasa tidak memiliki dukungan sosial atau teman untuk berbicara, perasaan kesepian bisa memperburuk keadaan mental mereka.

4. Faktor Keluarga dan Latar Belakang
Latar belakang keluarga juga memainkan peran penting dalam kesejahteraan mental seseorang. Mereka yang berasa dari keluarga dengan hubungan disfungsional, kekerasan, atau tekanan berlebihan seringkali lebih rentan terhadap gangguan mental. Kurangnya dukungan emosional dari keluarga dan pengalaman trauma di masa kecil dapat menjadi faktor risiko tambahan yang memengaruhi kesejahteraan psikologis.
Dari perspektif teori keterikatan (attachment theory), ikatan emosional yang aman dengan orang tua atau figure pengasuh penting dalam perkembangan kesehatan mental individu.
Ketika seseorang merasa kurang mendapatkan dukungan emosional dari keluarga, mereka bisa menjadi terisolasi dan tidak memiliki tempat untuk mencari kenyamanan dalam masa-masa sulit.
Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa, terutama dengan cara tragis seperti melompat dari gedung, adalah fenomena kompleks yang melibatkan banyak faktor psikologis. Pendekatan pencegahan yang holistik diperlukan, termasuk peningkatan kesadaran tentang kesehatan mental, dukungan sosial yang lebih baik, dan akses yang mudah terhadap layanan konseling dan terapi.
Dengan pendekatan yang tepat, banyak nyawa dapat diselamatkan. Prodi S1 Psikologi IIK Bhakta juga menerima konseling bagi yang membutuhkan. Selain itu, kamu juga bisa menjadi penyelamat dengan menjadi psikolog profesional dari kualiah S1 Psikologi IIK Bhakta. Ayo daftar sekarang juga!